Cerita Selingkuh Dengan Mertua, cerita selingkuh dengan ipar,
menantu selingkuh mertua, ibu mertua nakal, pijat mertua, cerita hot
mertua dan menantu 2017
Sudah dua tahun ini aku
menikah dengan Virni, dia seorang model iklan dan enam bulan lalu, dia
menjadi seorang bintang sinetron, sementara aku sendiri adalah seorang
wiraswasta di bidang pompa bensin. Usiaku kini 32 tahun, sedangkan Virni
usia 21 tahun.
Virni
seorang yang cantik dengan kulit yang putih bersih mungkin karena
keturunan dari ibunya. Aku pun bangga mempunyai istri secantik dia.
Ibunya Virni, mertuaku, sebut saja Mama Mona, orangnya pun cantik walau
usianya sudah 39-tahun.
Mama Mona merupakan istri ketiga dari
seorang pejabat negara ini, karena istri ketiga jadi suaminya jarang ada
di rumah, paling-paling sebulan sekali. Sehingga Mama Mona bersibuk
diri dengan berjualan berlian.
Aku tinggal bersama istriku di
rumah ibunya, walau aku sendiri punya rumah tapi karena menurut istriku,
ibunya sering kesepian maka aku tinggal di “Pondok Mertua Indah”. Aku
yang sibuk sekali dengan bisnisku, sementara Mama Mona juga sibuk, kami
jadi kurang banyak berkomunikasi tapi sejak istriku jadi bintang
sinetron 6 bulan lalu, aku dan Mama Mona jadi semakin akrab malahan kami
sekarang sering melakukan hubungan suami istri, inilah ceritanya.
Sejak
istriku sibuk syuting sinetron, dia banyak pergi keluar kota, otomatis
aku dan mertuaku sering berdua di rumah, karena memang kami tidak punya
pembantu. Tiga bulan lalu, ketika istriku pergi ke Jogja, setelah
kuantar istriku ke stasiun kereta api, aku mampir ke rumah pribadiku dan
baru kembali ke rumah mertuaku kira-kira jam 11.00 malam. Ketika aku
masuk ke rumah aku terkaget, rupanya mertuaku belum tidur. Dia sedang
menonton TV di ruang keluarga.
“Eh, Mama.. belum tidur..”
“Belum, Tom.. saya takut tidur kalau di rumah belum ada orang..”
“Oh, Maaf Ma, saya tadi mampir ke rumah dulu.. jadi agak telat..”
“Virni.. pulangnya kapan?”
“Ya.. kira-kira hari Rabu, Ma.. Oh.. sudah malam Ma, saya tidur dulu..”
“Ok.. Tom, selamat tidur..”
Kutinggal
Mama Mona yang masih nonton TV, aku masuk ke kamarku, lalu tidur.
Keesokannya, Sabtu Pagi ketika aku terbangun dan menuju ke kamar makan
kulihat Mama Mona sudah mempersiapkan sarapan yang rupanya nasi goreng,
makanan favoritku.
“Selamat Pagi, Tom..”
“Pagi.. Ma, wah Mama tau aja masakan kesukaan saya.”
“Kamu hari ini mau kemana Tom?”
“Tidak kemana-mana, Ma.. paling cuci mobil..”
“Bisa antar Mama, Mama mau antar pesanan berlian.”
“Ok.. Ma..”
Hari
itu aku menemani Mama pergi antar pesanan dimana kami pergi dari jam
09.00 sampai jam 07.00 malam. Selama perjalanan, Mama menceritakan bahwa
dia merasa kesepian sejak Virni makin sibuk dengan dirinya sendiri
dimana suaminya pun jarang datang, untungnya ada diriku walaupun baru
malam bisa berjumpa. Sejak itulah aku jadi akrab dengan Mama Mona.
Sampai
di rumah setelah berpergian seharian dan setelah mandi, aku dan Mama
nonton TV bersama-sama, dia mengenakan baju tidur modelnya baju handuk
sedangkan aku hanya mengenakan kaus dan celana pendek. Tiba-tiba Mama
menyuruhku untuk memijat dirinya.
“Tom, kamu capek nggak, tolong pijatin leher Mama yach.. habis pegal banget nih..”
“Dimana Ma?”
“Sini.. Leher dan punggung Mama..”
Aku
lalu berdiri sementara Mama Mona duduk di sofa, aku mulai memijat
lehernya, pada awalnya perasaanku biasa tapi lama-lama aku terangsang
juga ketika kulit lehernya yang putih bersih dan mulus kupijat dengan
lembut terutama ketika kerah baju tidurnya diturunkan makin ke bawah
dimana rupanya Mama Mona tidak mengenakan BH dan payudaranya yang cukup
menantang terintip dari punggungnya olehku dan juga wangi tubuhnya yang
sangat menusuk hidungku.
“Maaf, Ma.. punggung Mama juga dipijat..”
“Iya.. di situ juga pegal..”
Dengan
rasa sungkan tanganku makin merasuk ke punggungnya sehingga nafasku
mengenai lehernya yang putih, bersih dan mulus serta berbulu halus.
Tiba-tiba Mama berpaling ke arahku dan mencium bibirku dengan bibirnya
yang mungil nan lembut, rupanya Mama Mona juga sudah mulai terangsang.
“Tom,
Mama kesepian.. Mama membutuhkanmu..” Aku tidak menjawab karena Mama
memasukkan lidahnya ke mulutku dan lidah kami bertautan. Tanganku yang
ada di punggungnya ditarik ke arah payudaranya sehingga putingnya dan
payudaranya yang kenyal tersentuh tanganku.
Hal ini membuatku
semakin terangsang, dan aku lalu merubah posisiku, dari belakang sofa,
aku sekarang berhadapan dengan Mama Mona yang telah meloloskan bajunya
sehingga payudaranya terlihat jelas olehku. Aku tertegun, rupanya tubuh
Mama Mona lebih bagus dari milik anaknya sendiri, istriku. Aku baru
pertama kali ini melihat tubuh ibu mertuaku yang toples.
“Tom, koq bengong, khan Mama sudah bilang, Mama kesepian..”
“iya.. iya.. iya Mah,”
Ditariknya
tanganku sehingga aku terjatuh di atas tubuhnya, lalu bibirku
dikecupnya kembali. Aku yang terangsang membalasnya dengan memasukkan
lidahku ke mulutnya. Lidahku disedot di dalam mulutnya.
Tanganku
mulai bergerilya pada payudaranya. Payudaranya yang berukuran 36B sudah
kuremas-remas, putingnya kupelintir yang membuat Mama Mona menggoyangkan
tubuhnya karena keenakan. Tangannya yang mungil memegang batangku yang
masih ada di balilk celana pendekku.
Diusap-usapnya hingga
batangku mulai mengeras dan celana pendekku mulai diturunkan sedikit,
setelah itu tangannya mulai mengorek di balik celana dalamku sehingga
tersentuhlah kepala batangku dengan tangannya yang lembut yang membuatku
gelisah.
Keringat kami mulai bercucuran, payudaranya sudah tidak
terpegang lagi tanganku tapi mulutku sudah mulai menari-nari di
payudaranya, putingnya kugigit, kuhisap dan kukenyot sehingga Mama Mona
kelojotan, sementara batangku sudah dikocok oleh tangannya sehingga
makin mengeras.
Tanganku mulai meraba-raba celana dalamnya, dari
sela-sela celana dan pahanya yang putih mulus kuraba vaginanya yang
berbulu lebat. Sesekali kumasuki jariku pada liang vaginanya yang
membuat dirinya makin mengelinjang dan makin mempercepat kocokan
tangannya pada batangku.
Hampir 10 menit lamanya setelah vaginanya
telah basah oleh cairan yang keluar dengan berbau harum, kulepaskan
tanganku dari vaginanya dan Mama Mona melepaskan tangannya dari batangku
yang sudah keras.
Mama Mona lalu berdiri di hadapanku,
dilepaskannya baju tidurnya dan celana dalamnya sehingga
aku melihatnya
dengan jelas tubuh Mama Mona yang bugil dimana tubuhnya sangat indah
dengan tubuh tinggi 167 cm, payudara berukuran 36B dan vagina yang
berbentuk huruf V dengan berbulu lebat, membuatku menahan ludah ketika
memandanginya.
“Tom, ayo.. puasin Mama..”
“Ma.. tubuh Mama bagus sekali, lebih bagus dari tubuhnya Virni..”
“Ah.. masa sih..”
“Iya, Ma.. kalau tau dari 2 tahun lalu, mungkin Mamalah yang saya nikahi..”
“Ah.. kamu bisa aja..”
“Iya.. Ma.. bener deh..”
“Iya sekarang.. puasin Mama dulu.. yang penting khan kamu bisa menikmati Mama sekarang..”
“Kalau Mama bisa memuaskan saya, saya akan kawini Mama..”
Mama
lalu duduk lagi, celana dalamku diturunkan sehingga batangku sudah
dalam genggamannya, walau tidak terpegang semua karena batangku yang
besar tapi tangannya yang lembut sangat mengasyikan.
“Tom, batangmu besar sekali, pasti Virni puas yach.”
“Ah.. nggak. Virni.. biasa aja Ma..”
“Ya.. kalau gitu kamu harus puasin Mama yach..”
“Ok.. Mah..”
Mulut
mungil Mama Mona sudah menyentuh kepala batangku, dijilatnya dengan
lembut, rasa lidahnya membuat diriku kelojotan, kepalanya kuusap dengan
lembut. Batangku mulai dijilatnya sampai biji pelirku, Mama Mona mencoba
memasukkan batangku yang besar ke dalam mulutnya yang mungil tapi tidak
bisa, akhirnya hanya bisa masuk kepala batangku saja dalam mulutnya.
Hal
ini pun sudah membuatku kelojotan, saking nikmatnya lidah Mama Mona
menyentuh batangku dengan lembut. Hampir 15 menit lamanya batangku
dihisap membuatnya agak basah oleh ludah Mama Mona yang sudah tampak
kelelahan menjilat batangku dan membuatku semakin mengguncang keenakan.
Setelah
itu Mama Mona duduk di Sofa dan sekarang aku yang jongkok di
hadapannya. Kedua kakinya kuangkat dan kuletakkan di bahuku. Vagina Mama
Mona terpampang di hadapanku dengan jarak sekitar 50 cm dari wajahku,
tapi bau harum menyegarkan vaginanya menusuk hidungku.
“Ma, Vagina Mama wangi sekali, pasti rasanya enak sekali yach.”
“Ah, masa sih Tom, wangi mana dibanding punya Virni dari punya Mama.”
“Jelas lebih wangi punya mama dong..”
“Aaakkhh..”
Vagina
Mama Mona telah kusentuh dengan lidahku. Kujilat lembut liang vagina
Mama Mona, vagina Mama Mona rasanya sangat menyegarkan dan manis
membuatku makin menjadi-jadi memberi jilatan pada vaginanya.
“Ma, vagina.. Mama sedap sekali.. rasanya segar..”
“Iyaah.. Tom, terus.. Tom.. Mama baru kali ini vaginanya dijilatin.. ohh.. terus.. sayang..”
Vagina
itu makin kutusuk dengan lidahku dan sampai juga pada klitorisnya yang
rasanya juga sangat legit dan menyegarkan. Lidahku kuputar dalam
vaginanya, biji klitorisnya kujepit di lidahku lalu kuhisap sarinya yang
membuat Mama Mona menjerit keenakan dan tubuhnya menggelepar ke kanan
ke kiri di atas sofa seperti cacing kepanasan.
“Ahh.. ahh.. oghh
oghh.. awww.. argh.. arghh.. lidahmu Tom.. agh, eena.. enakkhh.. aahh..
trus.. trus..” Klitoris Mama Mona yang manis sudah habis kusedot sampai
berulang-ulang, tubuh Mama Mona sampai terpelintir di atas sofa, hal itu
kulakukan hampir 30 menit dan dari vaginanya sudah mengeluarkan cairan
putih bening kental dan rasanya manis juga, cairan itupun dengan cepat
kuhisap dan kujilat sampai habis sehingga tidak ada sisa baik di
vaginanya maupun paha mama Mona.
“Ahg.. agh.. Tom.. argh.. akh..
akhu.. keluar.. nih.. ka.. kamu.. hebat dech..” Mama Mona langsung
ambruk di atas sofa dengan lemas tak berdaya, sementara aku yang merasa
segar setelah menelan cairan vagina Mama Mona,
Langsung berdiri
dan dengan cepat kutempelkan batang kemaluanku yang dari 30 menit lalu
sudah tegang dan keras tepat pada liang vagina Mama Mona yang sudah
kering dari cairan. Mama Mona melebarkan kakinya sehingga memudahkanku
menekan batangku ke dalam vaginanya, tapi yang aku rasakan liang vagina
Mama Mona terasa sempit, aku pun keheranan.
“Ma.. vagina Mama koq sempit yach.. kayak vagina anak gadis.”
“Kenapa memangnya Tom, nggak enak yach..”
“Justru itu Ma, Mama punya sempit kayak punya gadis. Saya senang Ma,
karena vagina Virni sudah agak lebar, Mama hebat, pasti Mama rawat
yach?”
“Iya, sayang.. walau Mama jarang ditusuk, vaginanya harus Mama rawat sebaik-baiknya, toh kamu juga yang nusuk..”
“Iya Ma, saya senang bisa menusukkan batang saya ke vagina Mama yang sedaap ini..”
“Akhh.. batangmu besar sekali..”
Vagina
Mama Mona sudah terterobos juga oleh batang kemaluanku yang diameternya
4 cm dan panjangnya 14 cm, setelah 6 kali kuberikan tekanan. Pinggulku
kugerakan maju-mundur menekan vagina Mama Mona yang sudah tertusuk oleh
batangku, Mama Mona hanya bisa menahan rasa sakit yang enak dengan
memejamkan mata dan melenguh kenikmatan, badannya digoyangkan membuatku
semakin semangat menggenjotnya hingga sampai semua batangku masuk ke
vaginanya.
“Tom.. nggehh.. ngghh.. batangmu menusuk sampai ke
perut.. nich.. agghh.. agghh.. aahh.. eenaakkhh..” Aku pun merasa
keheranan karena pada saat masukkan batangku ke vaginanya Mama Mona
terasa sempit, tapi sekarang bisa sampai tembus ke perutnya. Payudara
Mama Mona yang ranum dan terbungkus kulit yang putih bersih dihiasi
puting kecil kemerahan sudah kuterkam dengan mulutku.
Payudara itu
sudah kuhisap, kujilat, kugigit dan kukenyot sampai putingnya mengeras
seperti batu kerikil dan Mama Mona belingsatan, tangannya membekap
kepalaku di payudaranya sedangkan vaginanya terhujam keras oleh batangku
selama hampir 1 jam lamanya yang tiba-tiba Mama Mona berteriak dengan
lenguhan karena cairan telah keluar dari vaginanya membasahi batangku
yang masih di dalam vaginanya, saking banyaknya cairan itu sampai
membasahi pahanya dan pahaku hingga berasa lengket.
“Arrgghh..
argghh.. aakkhh.. Mama.. keluar nich Tom.. kamu belum yach..?” Aku tidak
menjawab karena tubuhnya kuputar dari posisi terlentang dan sekarang
posisi menungging dimana batangku masih tertancap dengan kerasnya di
dalam vagina Mama Mona, sedangkan dia sudah lemas tak berdaya.
Kuhujam
vagina Mama Mona berkali-kali sementara Mama Mona yang sudah lemas
seakan tidak bergerak menerima hujaman batangku, Payudaranya kutangkap
dari belakang dan kuremas-remas, punggungnya kujilat.
Hal ini
kulakukan sampai 1 jam kemudian di saat Mama Mona meledak lagi
mengeluarkan cairan untuk yang kedua kalinya, sedangkan aku mencapai
puncak juga dimana cairanku kubuang dalam vagina Mama Mona hingga banjir
ke kain sofa saking banyaknya cairanku yang keluar.
“Akhh.. akh..
Ma, Vagina Mama luar biasa sekali..” Aku pun ambruk setelah hampir 2,5
jam merasakan nikmatnya vagina mertuaku, yang memang nikmat, meniban
tubuh Mama Mona yang sudah lemas lebih dulu.
Aku dan Mama
terbangun sekitar jam 12.30 malam dan kami pindah tidur ke kamar Mama
Mona, setelah terbaring di sebelah Mama dimana kami masih sama-sama
bugil karena baju kami ada di sofa, Mama Mona memelukku dan mencium
pipiku.
“Tom, Mama benar-benar puas dech, Mama pingin kapan-kapan coba lagi batangmu yach, boleh khan..”
“Boleh Ma, saya pun juga puas bisa mencoba vagina Mama dan sekarangpun
yang saya inginkan setiap malam bisa tidur sama Mama jika Virni nggak
pulang.”
“Iya, Tom.. kamu mau ngeloni Mama kalau Virni pergi?”
“Iya Ma, vagina Mama nikmat sih.”
“Air manimu hangat sekali Tom, berasa dech waktu masuk di dalam vagina Mama.”
“Kita Main lagi Ma..?”
“Iya boleh..”
Kami
pun bermain dalam nafsu birahi lagi di tempat tidur Mama hingga
menjelang ayam berkokok baru kami tidur. Mulai hari itu aku selalu tidur
di kamar Mama jika istriku ada syuting di luar kota dan ini berlangsung
sampai sekarang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)