Cerita Desahan Tante Cantik Dan ABG Di Room Karaoke, cerita tukar
pasangan, pesta sex, cerita ml, cerita dientot rame rame, cerita mesum
mahasiswa 2017
ini berawal dari nafsuku yang boleh dibilang
ugal-ugalan. Bagaimana tidak, disaat usiaku yang mencapai 29 tahun,
sekarang ini inginnya ML (bersetubuh) terus tiap hari dengan istriku
(inginnya 3 kali sehari). Dan para netters duga, pasti seorang istri
tidak hanya menginginkan kepuasan seksual setiap waktu, akan tetapi juga
kerja mengurus rumah lah, mengurus anak lah dan lain-lain banyaknya.
Sehingga
nyaris istriku juga sering keberatan kalau tiap malam bersetubuh terus,
dan aku juga kasihan padanya. Setiap kali bercinta, istriku bisa 3
kadang 4 kali orgasme dan aku sendiri kadang tidak ejakulasi sama sekali
karena istriku keburu lelah duluan.
Paling setelah istriku
tertidur pulas kelelahan, aku langsung pindah ke meja kerjaku dan
menyalakan PC, lalu memutar Blue Film dan aku lanjutkan dengan self
service. Setelah puas, aku baru menyusul istriku yang tertidur, dan jika
tengah malam aku terjaga dan kudapati “pusakaku” berdiri, aku ulangi
lagi hingga aku benar-benar lelah dan tertidur.
Aku sendiri sangat
bergairah apabila melihat tante-tante yang umumnya mereka lebih dewasa,
lebih pintar dan telaten dalam urusan ranjang. Bahkan aku dalam
melakukan onani sering membayangkan dengan tante-tante tetanggaku yang
umumnya genit-genit. Begitu hingga suatu saat, aku mendapat pengalaman
bercinta yang amat berkesan dalam sejarah kehidupan seksualku.
Ceritanya
berawal pada saat temanku mengajak karaoke di kawasan wisata prigen dan
sebelumnya aku belum pernah masuk ke kawasan semacam itu. Kami bertiga
pesan ruang utama yang mempunyai pintu sendiri dan ruangan itu terpisah
dengan yang lainnya selama tiga jam penuh.
“Eh, Eko emangnya Elo
udah booking cewek untuk nemenin Kita..?” tanyaku pada Eko, salah
seorang dari kawanku. “Sabaarrr Boss, entar Adi juga bawain tuh cewek..”
tukasnya. Sepuluh menit kemudian, saat aku akan menyulut Djarum-ku,
merapatlah sebuah Kijang dan Civic berjejeran ke hadapanku dan Eko.
Kalau
Kijang itu aku kenal, itu adalah Kijang-nya si Adi dan keluar dua orang
ABG yang berdandan Ahooyy. Berdesir darah lelakiku melihat dua orang
ABG itu. Bagaimana tidak, pakainnya super ketat dan sangat menonjolkan
bukit-bukit indah di dada dan pantatnya. Akan tetapi, aku tidak kenal
dengan Civic itu.
Aku melihat di dalamnya ada seorang cewek ABG
dan seorang lagi wanita sekitar 35 tahun (menurut taksiranku dari raut
wajahnya). Eko yang rupanya kenal baik dengan kedua wanita itu langsung
menyambut dan membukakan pintu, lantas memperkenalkannya kepadaku.
“Lisa..” seru tante itu disambut uluran tangannya padaku.
“Inneke..”
sahut gadis manis disampingnya. Singkat cerita, kami sudah mulai
bernyanyi, berjoget dan minum-minum bersama, entah sudah berapa keping
VCD Blue Dangdut yang kami putar. Aku melihat Eko dan Adi mulai
mendekati sudut ruangan, dan entah sudah berapa lama ceweknya orgasme
karena oral yang mereka lakukan.
Sementara aku sendiri agak kaku
dengan Lisa dan Inneke. Kami pun tetap bernyanyi-nyanyi, meskipun
syairnya awur-awuran karena desakan birahi akibat pertunjukan BF di
depan kami. Aku sendiri duduk di dekat Lisa, sementara Inneke serius
menyanyikan lagu-lagu itu.
Tante Lisa sendiri sudah habis satu pak
A-mild-nya, sementara aku melihat wajah Inneke yang merah padam dan
kadang nafasnya terengah pelan karena menahan gejolak yang ia saksikan
di layar 29 inch itu. Tiba giliranku untuk mengambil mike dari Inneke,
aku bangkit mengambil mike itu dari tangan Inneke dan mengambil duduk di
antara Inneke dan Lisa. Pengaruh minumanku dan XTC yang mereka telan
membuat kami jatuh dalam alunan suasana birahi itu.
“Boy.., I want
your sperm tonight Honey…” bisik Lisa lirih di telingaku, sementara
tangan kirinya meraba selangkanganku. Inneke yang sudah meletakkan pet
aqua-nya mengambil sikap yang sama padaku. Dia malah mulai memainkan
ujung lidahnya di telinga.
Hangat nafas dan harum kedua wanita itu
membuatku terbuai dalam alunan melodi birahi yang sudah aku rasakan
menjalar menelusuri selangkanganku. Perlahan namun pasti, kejantananku
menegak dan kencang, sehingga Lee Cooper-ku rasanya tidak muat lagi,
apalagi saat meneganggnya salah jalur dan sedikit melenceng.
“Lho
kok.. bengkok punyamu Say..?” tanya Lisa padaku pura-pura seperti
seorang amatiran saja. Belum sempat aku menjawab, buru-buru Inneke
membuka zipper dan CD-ku, lantas mengeluarkan isinya. “Gini lho Tan…
mintanya dilurusin, Mas Boy ini..” kata Inneke diikuti penundukkan
kepalanya ke arah selangkanganku.
“Aaakkhhh…” pekikku tertahan
saat Inneke spontan mulai mengulum kepala penisku ke dalam mulutnya
dikombinasikan dengan sedotan dan jilatan melingkar lidah. Spotan kedua
kakiku menegang dan membuka lebih lebar lagi untuk memudahkan oral
Ineke. “Ooookh My Godd… ssshhh… aakkk…” desahku.
Seluruh tubuhku
bergetar dan terasa disedot seluruh sumsun tulangku lewat lubang
penisku. Permainan Inneke betul-betul professional, sampai-sampai
dentuman musik itu sepertinya tidak kudengar lagi, karena telingaku juga
berdesir kencang. Ujung penisku betul-betul ngilu, hangat, geli dan
perasaan birahi bercampur jadi satu disana.
Lisa lantas membuka
kancing kemeja Hawai-ku dan mundaratkan mulut indahnya di puting susu
kiriku, sementara puting kanan dimainkan oleh telunjuk dan jempol
kirinya. “Aaakkk… mmmhhh…” desahku tidak menentu. Aku betul-betul tidak
tahan menikmati sensasi ini.
“Gila.., inilah penyelewenganku yang
pertama dan dimanja oleh dua orang wanita sekaligus…” bisikku dalam
hati. Aku semakin tidak tahan saja, lalu kurengkuh leher Lisa dan
kudekatkan bibirku, kujulurkan lidahku menyapu seluruh rongga mulutnya
dan sesekali kuhisap dalam-dalam bibir bawahnya yang sangaat menawan
itu.
Ini karena jujur saja, aku lebih bergairah dengan Tante Lisa,
meskipun sudah hampir mencapai kepala 4 itu (dalam perbincangan kami,
akhirnya aku tahu juga umur Lisa, meskipun tidak pasti segitu bahkan
bisa lebih). Badanku lantas kumiringkan dan bersandar pada sofa. Bukit
indah Tante Lisa adalah tujuanku dan benar saja, berapa saat kemudian,
“Oookkkhhh… Nimaaatthh… Sayyy… seddooottthhh… terrruuusshhh…” desah Lisa
terengah-engah.
Sedotanku kukombinasikan dengan pelintiran jempol
dan telunjuk kiriku, sesekali kuputar-putar putingnya dengan telapak
tanganku. “Ssshhh… terussshhh… Sayyy…” Lisa mendesis seperti ular.
Tiba-tiba, “Teeettt..,” suara bel mengejutkan kami, pertanda sepuluh
menit lagi akan berakhir.
Aku melihat Adi dan Eko tersandar
kelelahan, dan kulihat ada sisa sperma menentes dari ujung penis-nya
yang mulai mengkerut. “Udahan dulu ya Tante.., In..,” pintaku pada
mereka. “Emmhhh… Oke…” jawab mereka dengan nada sedikit keberatan. Kami
pun turun, aku berpisah dengan Adi dan Eko, entah kemana mereka
melanjutkan petualangan birahinya.
Dan kami pun sudah masuk ke
Civic Lisa. “Kemana Kita nich..?” tanyaku sok bloon seraya menghidupkan
mesin. “Kita lanjutin di hotel yuk Ke..!” ajak Tanta Lisa kepada Inneke.
“Baik Tan… Kita ke hotel **** (edited) yang punya whirpool di
kamarnya.” sahut Inneke.
Rupanya Tante Lisa adalah seorang
eksekutif, karena itu ia pesan salah satu President Suit Room yang mana
seumur-umur aku baru masuk ke dalamnya. Kamarnya luas, kurang lebih 6 x 8
meter, beralaskan permadani coklat muda kembang-kembang dan dilengkapi
whirpool yang menghadap ke arah kehijauan lembah.
Kamar itu juga
mempunyai sofa panjang di sebelah whirpool. Begitu masuk, Tante Lisa
lalu mengunci pintu, aku dan Inneke mengambil tempat duduk di sofa
sebelah whirpool. Aku melingkarkan lenganku ke pundak Inneke, alunan
musik malam pun semakin menambah romantis suasana. “Innn…” bisikku mesra
kepada Inneke mengawali percumbuanku.
Inneke yang sudah on berat
itu langsung menyambut kecupanku, nafasnya terengah-engah, menandakan
bahwa dia sangat menginginkan kehangatan, kenikmatan dan mengisi
kekosongan ruang vaginanya yang terasa menggelitik dan lembab. Dengan
sedikit tergesa, aku melepas CD-nya, lalu kurebahkan kepalanya di
sandaran sisi sofa dan keletakkan pinggulnya tepat diselangkanganku.
“Sreett…”
penisku mulai bereaksi saat pantatnya yang dingin menyentuh Lee
Cooper-ku dan kulihat Inneke terpejam, sementara tangannya membetulkan
rambutnya yang tergerai di sofa. Aku mulai memainkan jari telunjukku di
bibir luar vaginanya yang sudah mulai melelehkan cairan bening dari
hulunya.
Tidak ketinggalan, bibirku menghisap dalam-dalam dan
sesekali kujepit putingnya dengan kedua bibirku lalu kutarik-tarik,
sesekali kupilin-pilin dengan kedua bibirku. “Wuuuaahhh… ssshhh…
terussshhh… nikkkmatthhh…” desah Inneke keras-keras saat kuperlakukan
seperti itu. Tubuhnya kejang panas dan seluruh aliran darahnya kini
memuncak. Sengaja aku tidak memasukkan telunjukku, karena untuk
menstimulasi lebih intens lagi.
Kami bercumbu dan sudah tidak
ingat lagi apa yang dilakukan Lisa di kamar mandi yang begitu lama.
“Bentar Inn.., Aku pispot dulu yach..?” kataku sambil melepaskan
cumbuanku. “Emmhhh…” desah Inneke sedikit kesal. Akan tetapi, aku
melihat Inneke melanjutkan birahinya dengan dua jari.
Aku sendiri
berlari kecil menuju ke kamar kecil dan sesampai di pintu, aku kaget
karena mendapati Tante Lisa lagi meregang orgasmenya. “Aaakkkhhh…
ssshhh… ssshhh…” desah Tante Lisa, matanya mendelik merem melek.
Tampaknya vibrator mutiara itu masih bekerja, sehingga saat aku kencing,
Lisa pun tidak melihatku.
“Boyyy…” sebuah panggilan lembut
mengagetkan aku saat hendak meninggalkan kamar mandi itu. “I… iii..
yaaa… Tan..?” sahutku agak kaget. “Sini dooonggg..! Hangatin vagina Lisa
dengan penis Kamu yang.., ookkhhh…” Tante Lisa terpekik saat vibrator
itu ia cabut dari liang vaginanya.
Aku hampiri Tante Lisa di Bath
tub itu dan aku baringkan tubuhku disana. “Oh.., nikmat sekali mandi air
hangat dikelonin tante seksi ini.” bisikku dalam hati. Aku rengkuh
lehernya dan kuberikan french kiss yang begitu mesra dan Tante Lisa pun
membalas dengan ganas seluruh rongga mulutku, leher dan kadang puting
susuku di hisapnya.
Penisku yang terendam kehangatan air itu
semakin maksimal saja. Selama tiga menit kami bercumbu, Tante Lisa
nampaknya tidak dapat mengendalikan nafsunya. “Mmmppphhh… oookkkhhh…
setubuhi aku Boy..! Cepeeetthh..!” pinta Tante lisa sambil menggeliat
seperti cacing kepanasan.
“Baik.. Lisss… Terima penisku yang
panjaaanggg…” bisikku sambil memasukkan seluruh batang penisku pelan
sekali. “Oohhh… mmmppphhh… nikmatthh…” gumannya saat batang kejantananku
mili per mili mulai menjejali rongga rahimnya. “Kocokkhh.. yaacchhh…
terussshhh… aaakhh… nimat bangeettthh..!” serunya ketika aku mulai
mengosok-gosok pelan penisku.
Aku keluarkan kira-kira empat senti,
lalu kukocok lima atau enam kali dengan cepat dan kusodokkan
dalam-dalam pada kocokan ke tujuh. Rupanya usahaku tidak sia-sia untuk
menstimulasi G-spot-nya. “Aaakkkhhh… ooohhh… nimatthhnyaa… oookkkhhh
Godd..!” teriaknya mengawali detik-detik orgasmenya. Sepuluh detik
kemudian,
“Nnggghhh… aaakkkhhh… sshhhfff… ookkkhhh… Boyy… kocokk…
lebih intens lagi Yannk..!” jerit Tante Lisa diiringi geliat liar tubuh
indahnya. Payudaranya diremas-remasnya sendiri, sementara aku tetap
berpegangan pada sisi bathtub sambil mengocok lembut vaginanya. “Akkhh…”
teriakku pelan saat Tante Lisa menggigit pundakku karena aku masih saja
mengocok penisku di vaginanya.
Rupanya Lisa sudah mulai ngilu.
Aku memeras tegang otot lenganku dan Tante Lisa sepertinya minta time
out untuk mengatur nafas dan menghilangkan kengiluan di liang
sengamanya. Aku meraih lehernya, lalu aku berdiri pada dua lututku dan
Tante Lisa diam mengikuti apa yang akan kulakukan.
Aku memondong
Lisa dan tetap menjaga penisku tertanam dalam-dalam di vagina Tante Lisa
yang mengapit kedua tungakainya ke pinggangku. Kami menghampiri Inneke
yang juga lagi meregang orgasmenya dan Inneke tampaknya lebih liar dari
pada Lisa, mungkin karena pengaruh XTC dan suasana yang penuh hawa
birahi itu.
“Aaaoookkkhhh… ssshhh… aaakkkhhh… aaakkkhhh…” jerit
Inneke keras sambil menghujam-hujamkan kedua jari kanannya. Sementara
tangan kirinya meremas dan memilin payudaranya dan sesekali ditekan
serta diputar. Aku terkesima sejenak dengan pemandangan yang diciptakan
Inneke itu dan aku mebayangkan akan lebih histeris lagi pasti jika yang
keluar masuk itu adalah 15 cm penis kebanggaanku.
“Booyy… ayyyoook
terusinn..!” pinta Tante Lisa diiringi goyangan lembut pinggulnya. Ia
tampaknya mulai bergairah kembali setelah melihat Inneke yang begitu
histeris dan aku pun demikian ketika penisku hampir mengendor di Vagina
Lisa. Aku maju selangkah dan mendudukkan Tante Lisa dari arah belakang
sofa. Aku sendiri mengambil posisi berdiri untuk memudahkan
eksplorasiku.
Di lain pihak, Inneke yang sudah mengakhiri
masturbasinya itu mengetahui kehadirna kami dan mengambil tempat di
belakang Tante Lisa. “Ookkhhh… Terusin Keee..!” pinta Tante Lisa saat
Inneke menyibakkan rambutnya dan mulai mencumbui leher Tante Lisa. Tidak
ketinggalan, kedua telapak tangan Inneke menggoyang, memutar puting dan
kadang-kadang dipilin lembut.
Aku sepertinya merasakan apa yang
Tante Lisa rasakan, darahnya mulai hangat, birahinya sudah memanas.
Tubuh lisa bagaikan daging burger di antara aku dan Inneke, pinggulnya
masih aktif menggoyang-goyang, kadang menghentak-hentak lembut.
“Oooaaakkkhhh… nngghhh… ohhhh… nngghhh… Kocok terushh… yaaa… iyaa…
terusss..!” desah Tante Lisa keras saat aku tepat menstimulasi
G-Spot-nya.
Nafasnya tersengal-sengal disela-sela
lenguhan-lenguhan panjangnya, tubuh Tante Lisa menggeliat-geliat liar.
Inneke masih aktif membantu Tante Lisa menggapai surgawinya,
kecupan-kecupan di belakang tubuh, leher, pinggang dan tiba-tiba Tante
Lisa melenguh panjang diiringi percepatan hentakan pinggulnya.
Aku
semakin penasaran saja apakah yang dilakukan Inneke hingga Tante Lisa
tampak lebih histeris lagi dari yang tadi. Kuraba raba punggung Lisa
sambil kukulum mesra bibirnya, tanganku mulai turun ke arah pantatnya,
kutekan kedua sisi bokongnya yang padat itu dan kuulir-ulir.
Berawal
dari situlah aku tahu rupanya telunjuk dan bibir Inneke memainkan peran
di lubang anus Tante Lisa, telunjuknya yang berlumur vaselin itu keluar
masuk lembut di vagina Tante Lisa.
“Oookkhhghh… Goddhh… Ke… truuusss…
Yanng… oookkhhh, kontholll… akkhhh… sshhh…” ceracau Tante Lisa tidak
beraturan, menjemput ambang orgasmenya.
Kedua lubang Tante Lisa
terasa pejal dan hangat. Aku malah semakin terangsang oleh imajinasiku
sendiri, aku lantas memeluk erat-erat Tante Lisa saat ia mulai
mengencangkan lingkaran tangannya di tubuhku. Darahku juga mulai
bergerak cepat menuju ke ujung syaraf di kepalaku, kupingku tidak lagi
menghiraukan lenguhan dan desahan-desahan Tante Lisa.
“Oookkkhhh…
Lissshhh… nikmathhh… vaginamu… Akkhhh..!” desahku saat birahiku
kurasakan menjalar di seluruh tubuhku. “Booyyy… Akuuu… mmmhhh… mauuu…”
seru Tante Lisa menyambut orgasmenya. Tubuhnya menegang, wajahnya merah
merona, menambah cantiknya Tante kesepian ini, sementara bibirnya
terkatup rapat.
“Sssebentar… Lissss… Kita keluar bareng…” bisikku
yang kuiringi tempo kocokanku secara maksimal, yaitu kukeluarkan hampir
sepanjang batangnya dan kubenamkan dalam-dalam di rahimnya. Rupanya
darahku tidak bertahan lama di syaraf-syarafku, hingga berdesir kencang
meluncur melalui seluruh nadiku dan bermuara pada sebuah daging pejal di
selangkanganku.
“Lisss… Aku nyammmppaaiii… uuaaakkkhhh…
aaakkhhh.., aakhhh..,” desahku sambi memutar-mutar penisku yang tertanam
maksimal di vagina Tante Lisa, sehingga rambut-rambutku yang disana
juga menggelitik klitoris Tante Lisa. “Sseerrr… serrr…” kurasakan cairan
Tante Lisa mendahului orgasmeku, dan seditik kemudian, aku dan Lisa
meregang nikmat.
Kami menjerit-jerit sensasional dan tidak
khawatir orang lain mendengarnya. Tante Lisa histeris seperti orang
kesetanan ketika telunjuk Inneke juga mempercepat kocokan di anusnya.
“Aaakkkhhhggh…” desah kami bersamaan mengakhiri nikmat yang tiada tara
tadi dan juga baru kurasakan seumur hidupku. Maniku meleleh di sela-sela
pejalnya bnatang kejantananku yang masih manancap dalam di rahim Tante
Lisa.
Inneke tampaknya puas dengan hasil kerjanya, lalu ia memeluk
Tante Lisa erat dan berbisik, “Enak khan Tannn..?” Tante Lisa sendiri
sudah lemas dan terkulai di atara aku dan Inneke, aku mengecup mesra
Tante Lisa dan beralih kepada Inneke untuk memberikan stimulan birahi
dalam dirinya yang juga mulai mendidih.
Kedua wanita itu memang
hebat, yang tua histeris dan mampu menguasai diri dan yang muda histeris
juga dan menuruti jiwa mudanya yang bergejolak. Tante Lisa tampaknya
tidak dapat menahan rasa di tubuhnya, sehingga lunglai lemas tidak
bertenaga.
Inneke lantas membimbingnya melepas gigitan vaginanya
dari penisku yang mulai mengendor ke arah ujung sofa untuk beristirahat.
Kulihat wajah Tante Lisa amat puas bercampur dengan letih, akan tetapi
semua beban birahinya yang tertahan selama dua minggu meledak lah sudah.
“Ooookkkhh…
sssshh…” desis Tante Lisa saat penisku kutarik pelan dari gigitan
vaginanya. Aku melangkahi sofa dan duduk di sandarannya, lalu kubuka
kedua pahaku. Tampaklah oleh Inneke sebuah meriam yang berlumur sperma
masih setengah tegak. “Oookkkhhh… gellliii… ssshhh… terusssss… Keee..!”
pintaku pada Inneke saat ia mulai mengulum penisku dan hampir semuanya
terkulum di mulutnya yang sedikit lebar namun seksi.
“Oaaakhhh….
aaakkkhh… sshhhssshshh…” desisku saat aku mulai merasakan lagi denyutan
penisku di mulutnya. Inneke masih menghisap habis seluruh sperma yang
tersisa dan kocokkannya semakin cepat, hingga kedua kakiku bergetar
menahan ngilu bercampur nikmat. “Oookkkhhh… terusss… hisappphh Sayy..!”
pintaku sambil mendorong kepala Inneke untuk melakukan lebih dalam lagi.
“Oooouakghh..
Plop…” tiba-tiba mulut Inneke melepas kulumannya dan langsung berdiri
menjilat leher dan kedua telingaku bergantian. “Aku ingin di whirpool
Sayy..!” bisik Inneke. Whirpool itu sendiri sudah dilengkapi semacam
sofa untuk berbaring, sehingga jika berbaring di situ, maka mulai dada
sampai kaki akan terendam air hangat bercampur semburan air di sisi-sisi
kolamnya.
Aku merebahkan Inneke disana dan memulai percumbuan
kami, tubuh kami terasa hangat dan seperti di pijat-pijat, sehingga
penisku yang sempat layu mulai menegang kembali. Inneke tampak menikmati
sensasi ini dan aku tahu bahwa Inneke akan menginginkan melodi yang
berbeda dengan Lisa.
“Masss… sshh… oookkkkhh… masukin Aku…
oookkhhh… mmmppphh…” pinta Inneke sambil membuka pahanya lebar-lebar.
Sejenak aku memainkan kehangatan air, kuayun-ayun tanganku di dalam air
ke arah vagina Inneke yang membuatnya segera menarik tubuhku untuk
menaikinya. Kami memang sudah diselimuti nafsu sehingga rasanya
pemanasan Inneke melihat orgasme dari Tante Lisa sudah lebih dari cukup.
Tubuh
kami hangat oleh air dan kehangatan dari pasangan kami serta
semburan-semburan air dari sela-sela kolam membuat kami semakin terbuai
jauh ke awang-awang. “Blesss…” 10 cm dari penisku mulai menjejali vagina
Ineke diiringi desahan, “Aaakkkkhhh… mmmppph…” guman Inneke yang
membuat Tante Lisa tersadar dan menyusul kami di kolam.
Kuhentakkan
pelan, sehingga seluruh penisku mendesak dinding-dinding vaginanya yang
terasa lebih perat dan berdenyut. Lisa mengambil posisi memangku kepala
Inneke di paha kanannya dan membelai lembut kening Inneke. “Aaawww…
oookkkhhh… gelli… Masssh…” teriak Inneke saat aku memainkan otot
lelakiku di leher rahimnya.
“Masss… dikocok pelaannn… yacch..!”
pintanya sambil membelai rambutku, membuatku jadi teringat saat-saat
romantis dengan pacar-pacarku dulu. Aku mengangguk dan kuikuti apa yang
Inneke mau, lalu kukocok perlahan dengan cara sepuluh senti aku kocok
lima atau enam kali dan kubenamkan dalam-dalam, lalu kuputar pada
kocokan ke-7.
Cara ini efektif untuk menstimulasi G-Spot seorang
wanita. Kurang lebih lima menit kemudian, Inneke mengangkat kepalanya
dan mendaratkan ciuman bertubi-tubi di mulut dan leherku bergantian.
Tubuhnya sedikit menegang dan lebih hangat kurasa, lalu aku memberi
isyarat Tante Lisa untuk menyingkir ke arah bagian belakang kami.
“Ooookhhh…
Massshh.. aaakuuu… hammmppirr..!” bisik Inneke saat aku mulai menaikkan
ritme kocokanku. “Tahan Ke..!” pintaku, lalu aku memberi isyarat kepada
Tante Lisa lagi. “Akkkhhhgghhh… ssshhh… mmmpppphh…” desahku dan Inneke
bersamaan saat telunjuk Tante Lisa mulai memasuki lubang pantatku dan
anusnya Inneke.
Rasanya hangat mengelitik, apalagi jika di
kocokkan di kedalaman anusku dan aku bisa membayangkan sensasi yang
dialami Inneke. Pasti akan terasa pejal dan nikmat serta sensasional
pada kedua lubangnya. “Oookkkhhh… Taaan… aaaakk.. kuuu tak kuuu..atthh…”
teriak Inneke mulai mengawali detik-detik orgasmenya.
Para
netters yang budiman, sudah bisa diduga, kami pun terbuai dengan alunan
sensai jari Tante Lisa dan hisapan vagina Inneke bersamaan. Demikian
pula Inneke. Panasnya penisku dan gelitik telunjuk Tante Lisa membuatnya
lupa daratan. “Aaaggghhh… oookkkhhh… oookkkhhh… aaakkkhhhg… mmmm..
ssshshhh.. awww… ssshhh…” ceracauku dan Inneke tidak beraturan.
Dan
kurang lebih sepuluh detik kemudian, aku dan Inneke meregang birahi
yang dikenal dengan nama orgasmus secara bersamaan. Aku memancarkan
spermaku. Terasa lebih banyak dari pada dengan Tante Lisa dan aku juga
merasakan aliran mani Inneke dari rahimnya. Aku menghempaskan tubuhku ke
samping Inneke dan Tante Lisa mengambil tempat di sisi lainnya.
Hangat
tubuh mereka dan kami becumbu seolah tiada hari esok. Kami lanjutkan
tidur mesra diapit dua tubuh sintal nan hangat berselimutkan sutra
lembut. Dan saat salah satu dari kami terjaga, kami mengulanginya lagi
hingga spermaku betul-betul terasa kering. Minggu siang, kami baru
terbangun, lantas kami mandi bersama dan kemudian sarapan pagi.
Kami
meluncur ke Surabaya dan janji akan kencan lagi entah dengan Tante Lisa
ataupun Inneke atau kadang mereka minta barengan lagi. Aku akhirnya
terlibat kisah asmara yang penuh birahi, namun aku puas karena dapat
melampiaskan nafsuku yang meletup-letup itu.
Beberapa kali aku
ditawari dan berkencan dengan teman Tante Lisa dan kadang ada yang aku
tolak, karena prinsipku bukan jual cinta seperti gigolo, akan tetapi
sebuah prinsip petualangan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)