Cerita Sex Tante-Tante Mengakui Bahwa Aku Mampu Memuaskannya,
cerita ngentot tante, cerita mesum tante, tante pengen ml, cerita mesum
ibu kost, ewe tante 2017
dengan tante ku ini bermula saat aku
masih duduk dikelas 3 smu. Oh ya Namaku Wawan, umurku sekarang 26 tahun.
Ada sebuah Cerita seks yang sampai saaat ini masih saja terus kukenang
dan selalu kuingat. Saat sma aku dititipkan kepada seorang tante ku.
Tante
ku ini cantik dan tubuhnya mulus aduhai bikin semua pria yang liat
pasti pengen segera berhubungan tubuh dengannya. Tanteku namanya Yuni,
dia ini seorang “Single parent” dengan tiga orang anak; dua perempuan
dan satu laki-laki. Suaminya sudah meninggal karena kecelakaan mobil.
Suaminya
ini memang seorang pembalap lokal yang tidak terkenal namanya. Dengan
tiga orang anak dan umurnya yang sudah 37 tahun, tanteku ini masih saja
kelihatan seksi. Tubuhnya terawat, karena dengan kondisi keuangannya
yang mapan, tanteku secara teratur senam. Hasilnya, walaupun dengan tiga
orang anak, tubuhnya tetap terawat dengan baik.
Pantatnya besar
dengan pinggul yang juga besar tapi pahanya selain putih dan mulus juga
singset tanpa ada tumpukan lemak sedikitpun. Payudaranya lumayan besar,
entah kira-kira berapa ukurannya akupun tidak tahu tapi yang jelas masih
sekal tidak kendor layaknya seorang Ibu yang sudah melahirkan tiga
orang anak. Kejadiannya berawal pada saat yang tidak diduga sama sekali.
Saat
itu di rumah sedang tidak ada orang hanya ada tante yuni yang sedang
asyik memasak untuk hidangan makan siang, kebetulan hari itu jadwal
mengajar tanteku hanya satu mata kuliah saja. Sepulang sekolah, aku
menemukan tanteku didapur sedang asyik memasak. Dengan langkah gontai
karena kecapekan, aku langsung menghampiri meja makan. “Tante Yuni,
belum siap yah makanannya?” tanyaku kelaparan.
“Belum Wan, sabar
yah. Ini lo si Suti (pembantu tanteku) pulang tadi pagi, jadinya ya gini
nih repot sendiri” keluh tanteku Di dahinya terlihat cucuran keringat,
belum lagi tangannya yang belepotan dengan berbagai macam bumbu yang
sedang diraciknya. Kelihatan sekali kalau tante yuni tidak pernah kerja
“Sekeras” ini.
Walaupun begitu, entah kenapa terlihat sekali wajah
tante yuni semakin cantik. Saat itu dia hanya menggunakan daster pendek
yang sebenarnya tidak ketat tapi karena bentuk pantat dan pinggulnya
yang besar, daster itu jadi kelihatan agak ketat dan memetakan garis
dari celana dalamnya kalau dia sedang membungkukkan badannya.
“Ah,
seksi sekali” pikirku kotor. “Wawan bantuin ya Tante?” tawarku. “Boleh
Wan, sini!” ternyata tanteku tidak keberatan. Tidak ada angin tidak ada
hujan, belum sampai aku mendekat, entah karena apa tiba-tiba kran air di
cucian piring copot dari pangkalnya.
Otomatis air yang langsung
dari tandon air yang penuh menyembur dengan derasnya mengenai tante yuni
yang kebetulan ada didepannya. “Aduh Wan, tolong.., gimana ini?”
tanteku dengan paniknya berusaha menutupi saluran air yang menyembur
dengan tangannya. Karena tubuh tante yuni tidak terlalu tinggi, untuk
mencapai saluran itu dia harus sedikit membungkuk.
Terlihat sekali
dasternya yang sudah basah kuyup itu sekali lagi memetakan pantatnya
yang besar. Garis celana dalamnya kini terlihat lebih jelas. Dengan
tergesa-gesa, tanpa pikir-pikir lagi aku segera mendekat dan membantunya
menutup saluran air itu dengan tanganku juga. Tanpa aku sadari ternyata
posisi tubuhku saat itu seperti memeluk tubuhnya dari belakang.
Bisa
di bayangkan, tanpa sengaja juga kontolku mengenai belahan pantatnya
yang sekal. Keadaan ini bertahan beberapa lama. Hingga menimbulkan
sesuatu yang kotor dipikiranku. “Aduh Wan gimana ini?” tanya tante yuni
tanpa bisa bergerak. “Duh gimana ya Tante, aku juga bingung.” kataku
mengulur waktu.
Saat itu, karena gesekan-gesekan yang berlebihan
di kontolku, aku jadi tidak bisa menahan gairah untuk merasakan
tubuhnya. Pelan-pelan aku melepas satu tanganku dari saluran air itu,
pura-pura meraba-raba disekitar cucian piring, mencari sesuatu untuk
menutup saluran air itu sementara. Tanpa sepengetahuannya aku justru
melepas celanaku berikut juga celana dalamku.
Memang agak susah
tapi akhirnya aku berhasil dan dengan tetap pada posisi semula kini
bagian bawahku sudah tidak tertutup apa-apa lagi. “Wah, nggak ada yang
bisa buat nutup Tante. Sebentar Wawan carikan dulu yah” Kini niatku
sudah tidak bisa ditahan lagi, pelan-pelan aku melepas peganganku di
saluran air.
“Pegang dulu Tante” kataku sedikit terengah menahan
gairah. “Yah, gih sana cepetan, Tante sudah pegal nih” sungut tanteku.
Kemudian tanpa pikir panjang, secepat kilat aku menyingkap dasternya,
kemudian secepat kilat juga berusaha untuk melorotkan celana dalamnya
yang entah warnanya apa, karena sudah basah kuyup oleh air, warna
aslinya jadi tersamar.
“Ehh.. apa-apan ini Wan, jangan gitu
dong!?” tanpa sadar tanteku melepas pegangannya disaluran air untuk
menahan tanganku yang masih berusaha melepaskan celana dalamnya. Air
menyembur lagi. “Auhh.. ohh” suara tanteku jadi tidak jelas karena
mulutnya kemasukan air. Tanpa sadar juga tante yuni berusaha untuk
menutup saluran air dengan tangannya lagi, otomatis tanganku sudah tidak
ada yang menahan lagi.
“Kesempatan” pikirku, dengan satu sentakan
celana dalam tanteku melorot sampai diujung kakinya. “Auwch.. duh Wan
jangan, aku ini tantemu, jangann..” Mohon tanteku. Kepalang tanggung,
aku langsung jongkok. Aku lalu menyibak pantatnya yang besar dan mencari
liang senggamanya.
Kudekatkan kepalaku, kujulurkan lidahku untuk
mencapai vaginanya. “Auwchh.. Wan.. ahh..” jilatan pertamaku ternyata
membuatnya bergetar tanpa bisa beranjak dari tempat semula, kalau
bergerak air pasti akan menyembur lagi. Lidahku semakin leluasa
merasakan aroma dari vaginanya, semakin kedalam membuat tante yuni
bergetar hebat.
Entah kenapa sudah tidak ada lagi bahasa tubuhnya
yang menunjukkan penolakan, yang ada kepalanya semakin menggeleng-geleng
tidak keruan. Kecari klitorisnya, memang agak sulit, setelah dapat
kuhisap habis, dua jariku juga ikut menusuk liang vaginanya. Tidak
terkira jumlah lendir yang keluar, tak lama kemudian, terasa pantatnya
bergetar hebat.
“Ahh..hh Wann.. ahh aouhh..” dengan erangan keras,
rupanya tante yuni sudah mencapai orgasme. Tubuhnya langsung lunglai
tapi tanpa melepas pengangannya dari saluran air. “Aduh aku belum
apa-apa” pikirku. Langsung aku berdiri, kusiapkan senjataku yang sudah
mengacung dengan keras.
Dengan dua tanganku aku coba menyibakkan
kedua belahan pantatnya sambil kudekatkan kontolku kevaginanya.
Kudorongkan sedikit demi sedikit. Begitu sudah betul-betul tepat dimulut
liang kenikmatannya, tanpa ba-bi-bu langsung kulesakkan dengan kasar.
“Ahh sakit Wan.. pelan.. auh” kepala tanteku langsung melonjak keatas,
tanpa sengaja pegangannya di saluran air terlepas.
Air menyembur
dengan deras. Kepalang basah, begitu mungkin pikir tante yuni karena
selanjutnya dia hanya berpegangan dipinggiran cucian piring. Sudah tidak
ada penolakan pikirku. Kudiamkan sebentar kontolku yang sudah masuk
hingga pangkalnya didalam vagina tanteku, ku nikmati benar-benar
bagaimana ternyata vagina yang sudah mengeluarkan tiga orang manusia ini
masih saja nikmat menggigit.
Sensasi yang sangat luar biasa
sekali. Pelan-pelan kutarik, kemudian kudorong lagi. “Oohh.. Wan enak,
terus sayang..yang cepat aouhh.. ahh.. terus sayang” pantatnya bergoyang
melawan arah dari kocokanku. “Nah gitu Wan, ouhh.. ya gitu teruuss..”
Pinta tanteku.
Aku terus mengocokkan kontolku dengan cepat.
Sebentar kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat. “Yang cepat Wan, Tante
sudah mau keluar lagi.. ouhh.. terus” kepalanya semakin
menggeleng-geleng tidak karuan. “Cepatt.. cepatt truss.. ouchh.. Tante
kelluaarr.. aghh” Orgasmenya telah sampai dibarengi dengan kepalanya
yang melonjak naik, tangannya mencengkeram pinggiran cucian piring
dengan erat.
“Cabut dulu Wan.. Tante linuu..” pinta tante yuni,
karena merasakan aku yang masih mengocoknya dari belakang. “Akan wawan
cabut, tapi janji nanti diteruskan ya Tante?” kataku. “Iya, tapi
sekarang dari depan aja yah” janji tanteku. Tubuhnya kemudian berbalik.
Wajahnya sudah awut-awutan dan basah kuyup.
Kemudian dia duduk
diatas cucian piring sambil menghadapku. Aku mendekat, langsung kucari
bibirnya dan kemudian kami berpagutan lama. Sambil kami berciuman, satu
tangannya membimbing kontolku kearah liang vaginanya. Tanpa disuruh dua
kali kudorongkan pantatku dibarengi dengan masuknya juga kontolku.
“Ahh..
oohh..” erang tanteku, ciuman kami terlepas. “Kocokkan yang cepatt
wann..” pinta tanteku sambil pahanya semakin dilebarkan. “Begini
Tante..” Kataku sambil mengocokkan kontolku dengan cepat. “Gila kamu
Wann.. kuaatt sekalii kamuu..” sambil satu tangannya menarik satu
tanganku, kemudian ditaruhnya di bagian atas vaginanya. Aku tahu mau
maksudnya.
“Yahh yang ituu.. teruss Wann.. ohh enakk.. Wan
teeruss..” rintih tanteku ketika sambil kontolku mengocok vaginanya
tanganku juga memelintir klitorisnya. “Ohh Wan, Tante hampir sampai..”
tubuhnya mulai bergetar agak keras. “Aku juga hampir sampai Tante.. ohh
punya Tante eenakk..” aku mulai tidak bisa mengendalikan lagi, orgasmeku
tinggal sebentar lagi. “Dikeluarin dimana Tante?” tanyaku minta ijin.
“Udah
nggak usah mikirin itu, ayoo teruss.. didalemm jugaa nggakk Papa”
“Ayoo..Tante udah diujung nihh wann..” “Ouhh.. enakk.. cepatt Wann..
yangg cepatt” rintih tanteku. “Goyang Tante, kita barengan ajaa.. oghh”
orgasmeku sudah diujung. Semakin kupercepat kocokanku, tanteku juga
mengimbangi dengan menggoyang pantatnya.
Sambil berpegangan pada
belakang pantatnya, kukeluarkan air maniku. “Aku keluarr tantee..
aughh..” sambil kubenamkan dalam-dalam. “Tante juga Wann.. oughh akhh..
gilaa.. uenakknya..” erangnya sambil jemarinya mencengkeram bahuku.
Akhirnya kami berdua terkulai lemas. Kudiamkan dulu kontolku yang masih
ada didalam vaginanya. Kulirik ada sedikit lelehan air mani yang keluar
dari vaginanya.
Seperti tersadar dari dosa, tante yuni mendorong
badanku. “Kamu nakal Wan, berani sekali kamu berbuat ini” sungut
tanteku. “Tapi Tante juga menikmatinya kan?” belaku. Tanpa berkata
apa-apa, dia kemudian turun, meraih celana dalamnya kemudian berlalu
kekamar mandi. Aku berusaha mengejarnya tapi dia sudah lebih dulu masuk
kamar mandi kemudian menguncinya.
“ Tante yuni, air di tandon tadi sudah habis loh” candaku dari luar kamar mandi tapi tidak ada balasan dari dalam.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)